KEMACETAN = DEMOKRASI ?
Indonesia merupakan negara yang meduduki peringkat ke 4 sebagai negara
terpadat penduduknya di dunia. berdasarkan hasil sensus tahun 2010 yang di
umumkan pada bulan Angustus 2010 oleh publikasi BPS jumlah penduduk Indonesia
adalah sebanyak 237.556.363 orang ,yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan
118.048.783 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per
tahun. Kepadatan penduduk ini merupakan salah satu dari timbulnya kemacetan
lalu lintas saat ini, Kemacetan itu sendiri adalah situasi atau keadaan
tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya
jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di
kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik
atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk.
namun kemacetan tidak serta merta disebabkan hanya karena kepadatan penduduk,
melainkan ada beberapa penyebabnya yaitu;
•
Arus yang melewati jalan telah melampaui kapasitas jalan
• Terjadi kecelakaan terjadi gangguan kelancaran karena masyarakat yang
menonton kejadian kecelakaan atau karena kendaran yang terlibat kecelakaan
belum disingkirkan dari jalur lalu lintas,
•
Terjadi banjir sehingga kendaraan memperlambat kendaraan
•
Ada perbaikan jalan,
•
Bagian jalan tertentu yang longsor,
•
Kemacetan lalu lintas yang disebabkan kepanikan seperti kalau terjadi
isyarat sirene tsunami.
• Karena adanya pemakai jalan yang tidak tahu aturan lalu lintas,
seperti : berjalan lambat di lajur kanan dan sebagainya.
•
Adanya parkir liar dari sebuah kegiatan.
•
Pasar tumpah yang secara tidak langsung memakan badan jalan sehingga
pada akhirnya membuat sebuah antrian terhadap sejumlah kendaraan yang akan
melewati area tersebut.
•
Pengaturan lampu lalu lintas yang bersifat kaku yang tidak mengikuti
tinggi rendahnya arus lalu lintas
Kemacetan lalu lintas bak penyakit
kronis yang tak kunjung sembuh yang menjadi permasalahan sehari-hari di
kota-kota besar seperti Jakarta, Balikpapan, Surabaya, Bandung, Medan dan kota-kota
besar lainnya di Indonesia. Dan bahkan Samarinda ibukota dari Kalimantan Timur
pun sekarang mulai sering terjadi kemacetan. Dari beberapa penyebab kemacetan
di atas bisa kita ketahui bahwa banyak sekali penyebab kemacetan lalu lintas.
Namun terlepas dari itu sebenarnya penyebab utama adalah karakter. Dan yang
harus kita miliki, bukan karakter buruk melainkan karakter yang baik. Mengapa
saya katakan karakter? Itu karena, penyebab sebenarnya kemacetan adalah dari
dampak miskinnya karakter bangsa saat ini. Di zaman milenium ini semua orang
ingin bergerak cepat, semua kegiatan selalu berkejar-kejaran dengan waktu,
namun apa yang terjadi jika lalu lintas saja macet, bukan cepat justru malah
lambat. padahal untuk menjadi negara maju kita juga harus cepat. Karakter, ya,
saat ini hampir semua orang menggunakan
kendaraan mobil pribadi. Egoisme,keserakahan,mementingkan diri sendiri itu lah
penyakit utama penyebab kemacetan saat ini. Padahal bayangkan saja jika semua
orang menggunakan mobil pribadi masing-masing satu orang_satu mobil dengan
melihat banyaknya masyarakat yang mempunyai mobil pribadi, jika satu keluarga
ada 8 orang bayangkan jika misalnya 6 dari 8 keluarga itu menggunakan kendaraan
mobil sendiri-sendiri pasti akan menyebabkan peluapan kendaraan di ruas jalan
raya. Andaikan saja jika semua orang mempunyai kesadaran tinggi untuk tidak
egois menggunakan jalan pasti akan
terhidar dari kemacetan. Selain itu keserakahan pengguna jalan saat ini seperti
meyerobot jalur yang bukan jalurnya.
Ketidakdisiplinan, mementingkan diri sendiri seperti parkir
liar,menyerobot lampu merah,pasar tumpah dan sebagainya seperti yang sudah
dipaparkan diatas, ini juga merupakan beberapa dari banyaknya penyebab
kemacetan yang harus cepat ditangani. Di hari libur seperti bulan Ramadhan dan
idul fitri ini kemacetan pun meningkat karena banyaknya orang yang mudik dari
satu kota ke kota yang lain, banyaknya orang berbondong-bondong memenuhi jalan
raya untuk pergi berbelanja kebutuhan lebaran. Kemacetan sungguh sangat
merugikan semua orang,kalau dulu kemacetan hanya terjadi ketika liburan tiba
kini kemacetan bak pemandangan tak sedap di jalan raya.
Kemacetan ini
bagaikan demokrasi. Mengapa, karena dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat
karena penyebabnya dari rakyat dan pasti akan kembali dampaknya ke rakyat itu
sendiri. Jadi, kesadaran diri pribadi untuk tertib dan tidak egois dalam
menggunakan jalan raya merupakan solusi sederhana yang ampuh. Kita bersama-sama
untuk mengecamkan dalam pikiran kita bahwa kemacetan ini dari kita dan dambakya
pasti akan ke kita, agar kita bisa lebih menghargai dan peduli untuk
memberantas masalah kemacetan ini. Dan untuk para pemimpin berwenang dapat
menerapkan beberapa strategi jitu yaitu kita dapat mencontoh negara lain
seperti pembatasan penggunaan kendaraan pribadi. Langkah ini biasanya tidak
populer tetapi bila kemacetan semakin parah harus dilakukan manajemen lalu
lintas yang lebih ekstrem sebagai berikut:
• Pembatasan
penggunaan kendaraan pribadi menuju suatu kawasan tertentu seperti yang
direncanakan akan diterapkan di Jakarta melalui Electronic Road Pricing (ERP).
ERP berhasil dengan sangat sukses di Singapura, London, Stokholm. Bentuk lain
dengan penerapan kebijakan parkir yang dapat dilakukan dengan penerapan tarip
parkir yang tinggi di kawasan yang akan dibatasi lalu lintasnya, ataupun
pembatasan penyediaan ruang parkir dikawasan yang akan dibatasi lalu lintasnya,
• Pembatasan
pemilikan kendaraan pribadi melalui peningkatan biaya pemilikan kendaraan,
pajak bahan bakar, pajak kendaraan bermotor, bea masuk yang tinggi.
•
Pembatasan
lalu lintas tertentu memasuki kawasan atau jalan tertentu, seperti diterapkan
di Jakarta yang dikenal sebagai kawasan 3 in 1 atau contoh lain pembatasan
sepeda motor masuk jalan tol, pembatasan mobil pribadi masuk jalur busway.
Memang ekstrim namun mau bagaimana lagi. Permasalahan
kemacetan ini memang harus ditangani cepat karena menimbulkan kerugian-kerugian
bagi negara dan masyarakat yaitu;
•
Kerugian
waktu, karena kecepatan perjalanan yang rendah
•
Pemborosan
energi, karena pada kecepatan rendah konsumsi bahan bakar lebih rendah,
• Kehausan
kendaraan lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang pendek,
radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi,
• Meningkatkan
polusi udara karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih tinggi, dan
mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal,
•
Meningkatkan
stress pengguna jalan,
• Mengganggu
kelancaran kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran dalam
menjalankan tugasnya.
Dari
beberapa kerugian diatas sudah memberikan pertimbangan bagi kita semua untuk
lebih peduli terhadap permasalahan kemacetan ini, jangan hanya menuntut kepada
pemerintah dan mengatakan pemerintah gagal dalam menyejahterakan rakyat karena
gagal mengatasi masalah kemacetan ini. kasihan para pemimpin kita jika terus-terusan
kita tekan untuk menyelesaikan masalah kita yang kita buat sendiri dan kurang
sadar terhadap kepentingan bersama terus terusan egoisme yang berjalan.
bayangkan saja jika kita berada pada posisi pemimpin kita, apakah kita bisa
menyelesaikan masalah ini jika kita saja begini? kasihan para pemimpi kita.
tidak hanya masalah kemacetan yang mereka tangani banyak sekali masalah negara
kita ini, maka dari itu cobalah untuk menghargai sesama untuk menciptakan
ketertiban lalu lintas dengan mengurangi menggunakan mobil pribadi
sendiri-sendiri, tertib dalam berlalu lintas. Jika ingin menghilangkan masalah
kemacetan. Agar kemacetan tidak seperti demokrasi lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar